KOMINFOTIK JU, Perpek Media – Upacara Peringatan 80 Tahun Rapat Raksasa IKADA digelar di Plaza Barat Kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara, Jumat (19/9). Peringatan ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menghadapi tantangan yang mengancam stabilitas, ketegaran, dan kebersamaan dalam Gerakan #JagaJakarta.
Seperti dalam sambutan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung yang disampaikan Inspektur Upacara Peringatan 80 Tahun Rapat Raksasa IKADA di Kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara, Hendra Hidayat. Semangat persatuan dan gotong royong menjadi fondasi penting dalam membangun peradaban kota dan bangsa.
“Gerakan #JagaJakarta juga menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memastikan pemeliharaan fasilitas publik berjalan secara berkelanjutan sehingga hasil pembangunan terus terjaga dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga,” ucap Hendra Hidayat, Jumat (19/9).
Dihadapan ratusan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang hadir dalam upcara tersebut, dia menegaskan komitmen, kompetensi, integritas, dan profesionalisma harus terus ditingkatkan. Hal itu demi mewujudkan Jakarta Kota Global yang berdaya saing, berkelanjutan, dan menyejahterahkan warganya sekaligus penggerak kemajuan bangsa Indonesia.
“Sebagai ASN, kita Adalah garda terdepan guna menghadirkan solusi untuk menghadapi berbagai tantangan perkotaan di masa depan, terutama dalam memberikan layanan aplikatif yang memudahkan kehidupan warga Jakarta,” tegasnya.
Diketahui, Rapat Raksasa IKADA adalah sebuah rapat umum atau pengerahan massa yang berlangsung di Lapangan IKADA, Jakarta yang sekarang menjadi bagian dari area Monumen Nasional (Monas) pada tanggal 19 September 1945. Peristiwa ini terjadi karena situasi politik yang sangat tegang karena pasukan Jepang masih berkuasa, sementara pasukan Sekutu akan segera datang sehingga terdapat banyak ketidakpastian dan propaganda negatif yang meragukan kemerdekaan Indonesia.
Menanggapi hal itu, Presiden Ir. Soekarno didampingi Wakil Presiden, Hatta menyampaikan pidato singkatnya yang berdurasi sekitar lima menit, yang meminta rakyat untuk percaya pada pemerintah, menjaga ketertiban, dan membubarkan diri dengan damai untuk menghindari bentrokan. Peristiwa ini menjadi simbol keberanian rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih.
(Hendriyawan)